Rabu, 23 Juni 2010

Ada Yang Memperhatikan Kita

Ada Yang Memperhatikan Kita
Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati� melihat seorang wanita� muda dg tongkatnya meraba-raba menaiki tangga� bus. Dg tangannya yg� lain dia meraba posisi di mana sopir berada, dan� membayar ongkos bus. Lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku�yg kosong dg� tangannya. Setelah yakin bangku yg dirabanya�kosong, dia duduk.� Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang� tongkat.
Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu,� mengalami buta. Suatu� kecelakaan telah berlaku atasnya, dan�menghilangkan penglihatannya� untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja�menjadi gelap dan segala� harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yg penuh dg�ambisi menaklukan dunia, aktif di segala� perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di linkungannya.

Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan� itu dialaminya.� Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba�saja menyelimuti� jiwanya. Hilang sudah masa depan yg selama ini�dicita-citakan. Merasa� tak berguna dan tak ada seorangpun yg sanggup� menolongnya selalu�membisiki hatinya. "Bagaimana ini bisa terjadi�padaku?" dia� menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus�asa. Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak apa pun dia� protes, sebanyak apapun dia berdo'a dan memohon,� dia harus tahu,� penglihatannya tak akan kembali.
Di antara frustrasi, depresi dan� putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai�suami yg begitu�penyayang dan setia, Burhan. Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg� bekerja sebagai security� di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dg� seluruh hatinya. Ketika�mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa� cintanya tidak�berkurang. Justru perhatiannya makin bertambah,�ketika dilihatnya�Yasmin tenggelam ke dalam jurang keputus-asaan. Burhan ingin menolong�mengembalikan rasa percaray diri Yasmin, seperti�ketika Yasmin belum�menjadi buta. Burhan tahu, ini adalah perjuangan�yg tidak gampang.
Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit. �
Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di�perusahaannya. Dia� berhenti dg terhormat. Burhan mendorongnya supaya belajar huruf�Braile. Dg harapan, suatu saat bisa berguna�untuk masa depan. Tapi� bagaimana Yasmin bisa belajar? Sedangkan untuk�pergi ke mana-mana�saja selalu diantar Burhan? Dunia ini begitu� gelap. Tak ada�kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan.
Dulu, sebelum menjadi� buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja� dan ke mana saja� sendirian. Tapi kini, ketika buta, apa sanggup�dia naik bus� sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi�sendirian? Siapa yg akan�melindunginya ketika sendirian? Begitulah yg�berkecamuk di dalam hati�Yasmin yg putus asa.
Tapi Burhan membimbing jiwa Yasmin yg sedang�frustasi dg sabar. Dia�merelakan� drinya untuk mengantar Yasmin ke�sekolah, di mana Yasmin� musti belajar huruf Braile. Dg sabar Burhan�menuntun Yasmin menaiki� bus kota menuju sekolah yg dituju. Dg susah�payah dan tertatih-tatih�Yasmin melangkah bersama tongkatnya. Sementara Burhan berada di�sampingnya. Selesai mengantar Yasmin dia menuju�tempat dinas. Begitulah, selama berhari-hari dan�berminggu-minggu Burhan mengantar� dan menjemput Yasmin. Lengkap dg seragam dinas�security.
Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin�selamanya Yasmin harus�diantar; pulang dan pergi. Bagaimanapun juga�Yasmin harus bisa� mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan�dirinya. Sebab dia juga� punya pekerjaan yg harus dijalaninya. Dg�hati-hati dia mengutarakan� maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang. Sebab��Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul dg�musibah yg dialaminya.� Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris�mendengar itu.Dia
merasa dirinya kini benar-benar telah�tercampakkan. "Saya buta, tak� bisa melihat!" teriak Yasmin. "Bagaimana saya� bisa tahu saya ada di� mana? Kamu telah benar-benar meninggalkan saya."
Burhan hancur�hatinya mendengar itu. Tapi dia sadar apa yg�musti dilakukan. Mau tak mau Yasmin musti terima. Musti mau menjadi wanita yg mandiri.� Burhan tak melepas begitu saja Yasmin. Setiap� pagi, dia mengantar�Yasmin menuju halte bus. Dan setelah dua minggu,�Yasmin akhirnya bisa� berangkat sendiri ke halte. Berjalan dg� tongkatnya. Burhan� menasehatinya agar mengandalkan indera� pendengarannya, di manapun dia berada. Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin�bisa pergi sendiri, dg� tenang Burhan pergi ke tempat dinas.
Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama�ini dia mempunyai� suami yg begitu setia dan sabar membimbingnya.
Memang tak mungkin�bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap� saat ke manapun dia� pergi. Tak mungkin juga selalu diantar ke� tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.
Dan dia adalah wanita� yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita�yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi�Yasmin yg dulu, yg� tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja� dan belajar.

Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu� Yasmin menjalani� rutinitasnya belajar, dg mengendarai bus kota� sendirian. Suatu hari,� ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus�berkata, "saya sungguh�iri padamu". Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu
bicara�padanya. "Anda bicara pada saya?"��
" Ya", jawab sopir bus. "Saya benar-benar iri padamu". Yasmin�kebingungan, heran dan tak habis berpikir,�bagaimana bisa di dunia�ini, seorang buta, wanita buta, yg berjalan terseok-seok dg�tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian� mengisi sisa hidupnya, membuat orang lain merasa iri?
"Apa maksud anda?" Yasmin bertanya penuh�keheranan pada sopir itu.
"Kamu tahu," jawab sopir bus, "Setiap pagi,�sejak beberapa minggu� ini, seorang lelaki muda dg seragam militer�selalu berdiri di sebrang� jalan. Dia memperhatikanmu dg harap-harap cemas� ketika kamu menuruni�tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan,�dia perhatikan�langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati�jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu,�dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi� dari situ. Kamu sungguh�wanita beruntung, ada yg memperhatikan dan� melindungimu".
Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin.� Walaupun dia tidak melihat�orang tsb, dia yakin dan merasakan kehadiran�Burhan di sana. Dia� merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa�Burhan telah� memberinya sesuatu yg lebih berharga dari
penglihatan. Sebuah�pemberian yg tak perlu untuk dilihat; kasih�sayang yg membawa cahaya,�ketika dia berada dalam kegelapan.

---------------------------

Kita ibarat orang buta
Yg diperintahkan bekerja dan berusaha
Kita adalah orang buta
Yg diberi semangat untuk terus hidup dan bekerja
Kita tak bisa melihat Tuhan dan malaikat
Tapi Dia terus membimbing
Dia memompa semangat kita
Cemas dan khawatir dg langkah kita
Dan tersenyum puas
Melihat kita berhasil melewati ujian-NYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar